[:id]Tujuh Negara OKI Bahas Single Windows System di FISIP Universitas Jember[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 11 Mei 2018

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember menjadi tuan rumah konferensi internasional yang membahas Single Windows System (SWS) selama dua hari (10-11/5). Single Windows System atau yang dikenal di Indonesia sebagai Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) menjadi salah satu cara untuk memberikan perlindungan sosial, dan mengurangi kemiskinan yang kini digunakan di berbagai negara, termasuk negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Para peserta konferensi adalah negara yang tergabung dalam OKI, seperti Azerbaijan, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Turki dan tuan rumah Indonesia. Konferensi ini terselenggara berkat kerjasama antara FISIP Universitas Jember, Kementerian Sosial RI, dan Committee for Economic & Commercial Cooperation (COMCEC) yang merupakan lembaga di bawah OKI.

Dalam sambutan pembukaannya, Sus Eko Zuhri Ernanda, staf khusus Kemensos RI Bidang Hubungan Internasional memaparkan tujuan konferensi kali ini adalah untuk saling belajar penerapan SWS di masing-masing negara anggota OKI. “Harus kita akui masalah kemiskinan masih menjadi problema besar di Indonesia, dan negara-negara anggota OKI. Oleh karena itu SWS diharapkan menjadi akselerator pengurangan kemiskinan, sekaligus membuktikan bahwa negara hadir dalam mengatasi kemiskinan. Konferensi kali ini akan menyusun modul SWS yang akan diterapkan di negara-negara anggota OKI,” ujar Sus Eko Zuhri Ernanda yang juga alumnus Universitas Jember ini. Konferensi kali ini bertema Improving The Single Window Service System fo Social Protection and Poverty Reduction In The OIC Countries.

Sementara itu dalam pemaparannya, Abdurrahman Syed Abubakar dari Sekertariat Nasional SLRT menjelaskan, mengapa SLRT menjadi pilihan dalam memberikan perlindungan sosial sekaligus mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. “Sebenarnya sudah banyak program yang diluncurkan oleh pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan seperti Program Keluarga Harapan hingga Program Rastra, namun daya tembusnya masih minim. Oleh karena itu SLRT menjadi one stop services yang memberikan semua layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat miskin sehingga tidak ada lagi kesan mereka dipermainkan,” jelas Abdurrahman di hadapan peserta yang terdiri dari delegasi anggota OKI, para kepala dinas sosial, pemerhati masalah kemiskinan dari perguruan tinggi negeri dan swasta, dan sivitas akademika Universitas Jember.

Abdurrahman Syed Abubakar lantas menambahkan, dalam praktiknya di tiap kota bakal ada SLRT hingga ke tingkat desa yang dikenal sebagai Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) lengkap dengan fasilitatornya. Para fasilitator inilah yang akan menerima keluhan warga miskin dan meneruskan ke dinas terkait hingga permasalahan selesai. Saat dimulai pada tahun 2016, terdapat 50 SLRT di kota dan kabupaten, jumlah ini bertambah dengan 20 SLRT di tahun 2017, dan pada tahun 2018 ini direncanakan akan ada 60 SLRT baru sehingga total ada 130 SLRT. “Semenjak Oktober 2016 hingga Maret 2018 ini ada tujuh ratusan ribu permasalahan yang sudah ditangani oleh SLRT, dan berhasil diselesaikan di tingkat kabupaten atau kota. Bahkan anggaran operasional SLRT yang semula dari APBN kini sudah didanai oleh APBD, karena pemerintah daerah sudah merasakan dampak positif adanya SLRT,” imbuhnya.

Sebelumnya, Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember menyambut positif pelaksanaan konferensi internasional yang membahas SWS di Kampus Tegalboto. Pasalnya Universitas Jember juga memiliki kepedulian terhadap pengurangan kemiskinan. “Universitas Jember memiliki kepedulian terhadap masalah pengetasan kemiskinan diantaranya melalui kelompok riset SDGs yang seperti kita ketahui bersama juga memiliki kajian terkait pengurangan kemiskinan, serta pelibatan mahasiswa dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata tematik,” kata Moh. Hasan.

Kepedulian Universitas Jember terhadap permasalahan kemiskinan ini juga dibenarkan oleh Honest Dody Moelasy, salah seorang anggota panitia konferensi. Menurutnya pemilihan FISIP Universitas Jember menjadi tuan rumah oleh Kemensos RI dan COMCEC tidak lepas dari keberhasilan Universitas Jember menjalankan program-program yang terkait pengentasan kemiskinan. “Kita memiliki kerjasama dengan Kemensos RI misalnya dalam program KKN tematik Desa Sejahtera Mandiri yang bertujuan memberikan pendampingan bagi warga miskin. Program ini dinilai berhasil sehingga FISIP ditunjuk sebagai tuan rumah oleh Kemensos RI dan COMCEC,” kata Honest. COMCEC sendiri adalah organisasi di bawah OKI yang bergerak dibidang kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, pertanian, serta pengentasan kemiskinan. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content