Jember, 25 November 2023
Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) dan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jember menggelar 8th International Conference of Food, Agriculture and Natural Resources (IC-FANRes) sekaligus 2nd International Conference of Suistanable Industrial Agriculture (IC-SIA) selama dua hari (24-25/11). Konferensi kali ini mengusung tema “Innovation Technology and Natural Resources Management on Industrial Agriculture to Accelerate SDGSs Achievment” membahas pertanian industrial secara komprehensif. Tercatat ada sembilan pemateri kunci dan 130 peneliti yang sudah mengirimkan karya tulis ilmiahnya. Mereka mendiskusikan 14 tema.
Tem-tema yang dibahas diantaranya rekayasa dan pemrosesan pangan, peoduk dan tanaman industri, rekayasa pertanian, peternakan, sosial ekonomi pertanian, nutrisi dan kesehatan pangan, pemanfaatan Geographic Information System (GIS) dan penginderaan jarak jauh serta tema lainnya. Kesemua peneliti memaparkan hasil riset terbaru di bidang pertanian industrial terutama yang berkaitan dengan kondisi terkini.
Seperti yang disampaikan oleh peneliti dari Deakin University Australia, Prof. Susan Brumby yang tampil secara daring. Menurutnya perubahan iklim memperparah bencana kekeringan di Australia. Tak hanya semakin sering menderita kekeringan dan kebakaran, namun juga mengancam jiwa petani Australia. Padahal sektor pertanian termasuk di dalamnya sektor peternakan menjadi andalan pemasukan bagi Australia.
“Bencana kekeringan disertai kebakaran lahan adalah bencana nomor satu di Australia. Oleh karena itu pemerintah Australia memberikan perhatian khusus kepada petani melalui beragam cara termasuk adanya program perlindungan bagi petani dibarengi pendirian lembaga National Centre for Farmer Health. Diantaranya mengembangkan sistem Rural Acute Hospital Data Register atau RAHDAR, sistem yang memetakan wilayah yang beresiko tinggi dengan jaringan rumah sakit, sehingga begitu ada bencana kekeringan dan kebakaran lahan maka perlindungan bagi petani bisa dimaksimalkan,” jelas Prof. Susan Brumby.
Di hari pertama, peneliti Deakin University itu tampil bersama Prof. Shinjiro Ogita dari Prefectural University of Hiroshima Jepang yang membahas riset terkini di bidang pertanian selular. Pembicara kedua adalah Prof. Kim Tae Hwan dari Hankyong National University Korea Selatan yang memaparkan riset tentang kandungan nitrogen dalam usaha memaksimalkan pertumbuhan tanaman.
Hari kedua seminar ada Yosuhiro Mori dari Rokuno Gakuen University Jepang. Peneliti muda ini memaparkan pengalaman Jepang dalam mengatasi permasalahan pertanian di Jepang, khususnya di pulau Hokaido. Seperti yang diketahui, Jepang yang masyarakatnya menua dilanda banyak permasalahan mulai dari petani lansia, tanah pertanian yang tidak lagi digarap hingga produktivitas lahan.
Sadar memiliki keunggulan di bidang teknologi, maka Jepang berusaha memaksimalkan beragam aplikasi kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk bidang pertanian. Diantaranya pemanfaatan GIS dan penginderaan jarak jauh yang digunakan untuk mengumpulkan beragam data dari mulai kesuburan tanah, kondisi tanah, cuaca hingga penjadwalan masa tanam.
“Dengan pemanfaatan GIS serta penginderaan jarak jauh maka kami mendapatkan beragam data yang nantinya diolah dan hasilnya menjadi rujukan bagi petani kami untuk memutuskan akan menanam komoditas apa lengkap beserta langkah apa saja yang harus dilakukan. Sehingga masalah sumber daya manusia bisa ditanggulangi, termasuk memanfaatkan internet of things seperti traktor tanpa pengemudi dan lainnya,” ungkap Yosuhiro Mori.
Sementara itu dalam pidato pembukaannya di hari pertama konferensi, Rektor Universitas Jember memuji pelaksanaan IC-FANRes yang tahun ini memasuki tahun kedelapan. Menurut Iwan Taruna keberlanjutan pelaksanaan IC-FANRes yang kali ini berkolaborasi dengan IC-SIA membuktikan manfaat dan kontribusi konferensi ini diakui oleh banyak pihak. Apalagi dunia pertanian beserta sub sektornya seperti perkebunan, peternakan dan lainnya mendapatkan tantangan besar dengan adanya perubahan iklim, bertambahnya penduduk dunia dan alih lahan.
“Di sisi lain muncul harapan dan peluang dengan makin majunya teknologi, termasuk kecanggihan TIK. Maka usaha memajukan pertanian industrial sudah melibatkan lintas disiplin ilmu. Harapannya IC-FANRes dan IC-SIA memberikan manfaat nyata dan membuka pintu kerja sama diantara peneliti dan perguruan tinggi serta lembaga penelitian yang terlibat. Demi mewujudkan tujuan SDGs,” kata Iwan Taruna.
Pernyataan Rektor Universitas Jember didukung oleh Presiden FANRes, Prof. Yuli Witono. Menurut Ketua LP2M, pertemuan ilmiah kali ini melibatkan 25 perguruan tinggi dan lembaga penelitian baik dari Indonesia maupun luar negeri. Diantaranya University of Melbourne dan Deakin University dari Australia, Prefectural University of Hiroshima Jepang, Hangkyong National University Korea Selatan, University Malaysia Sarawak dan lainnya. Sementara dari dalam negeri ada Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, Universitas Brawijaya, tuan rumah Universitas Jember serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Alhamdulillah pelaksanaan IC-FANRes dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang menggembirakan. Hingga kini tercatat ada 68 anggota IC-FANRes dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan peneliti yang aktif terlibat,” pungkas Prof. Yuli Witono. Selain menghadirkan pembicara kunci, para peneliti yang hadir juga mendiskusikan setiap tema dalam kelas-kelas khusus. (iim)