Jember, 17 Februari 2020
Prestasi mahasiswa Universitas Jember makin moncer, salah satunya seperti yang diperlihatkan oleh tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) yakni Aldy Bachtiar Hidayat, Haniefathul Azzizah, dan Faiza Nabila. Ketiganya meraih juara pertama lomba videografi bertema trauma care dalam ajang “Indonesian Medical Student Training and Competition (IMTSC) 2020” yang diadakan oleh Asian Medical Student Association (AMSA) cabang FK Universitas Brawijaya, tanggal 6 hingga 9 Februari 2020. Membuat video berkonsep BANTER, yaitu basuh, beri antiseptik dan tutup dengan plester, mereka menyisihkan sembilan tim lainnya dari FK PTN dan PTS di Indonesia. Sementara itu juara kedua dan ketiga dibawa pulang tim FK Universitas Indonesia.
“Ide video kami berasal dari konsep Agromedis yang telah dicanangkan oleh FK Universitas Jember, yakni ilmu kedokteran yang terkait dengan aktivitas agroindustri meliputi aplikasi ilmu kedokteran untuk promosi kesehatan, preventif, kuratif dan keselamatan kerja petani dan keluarganya, para pekerja dan konsumen produk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan dan maritim. Bagian yang kami usung adalah memberikan edukasi kepada petani bagaimana merawat luka yang diakibatkan oleh kecelakaan saat bekerja,” jelas Aldy mengawali pembicaraan di kampus FK Universitas Jember (17/2).
Penjelasan Aldy didukung rekannya, Faiza Nabila. “Menurut ILO, paling tidak setiap tahun ada 2 juta kecelakaan kerja yang terjadi di dunia, termasuk di bidang pertanian. Dalam konteks Indonesia, jika petani mengalami kecelakaan kerja maka itu artinya sumber pendapatannya akan hilang. Oleh karena itu kami mencoba memberikan edukasi bagaimana cara menangani kecelakaan kerja di bidang pertanian atau trauma care,” kata Faiza. Dalam video berdurasi tiga menit yang mereka buat, pesan yang dimunculkan adalah bagaimana mengubah pandangan dan kebiasaan menangani luka yang salah di kalangan petani.
Video dimulai dengan adegan dimana petani tengah beraktivitas di sawah, ada yang mencangkul, memanen padi hingga merontokkan padi. Tiba-tiba salah satu petani mengalami kecelakaan, kaki salah satu petani tanpa sengaja terkena cangkul. “Nah, kebiasaan yang kami amati, banyak petani yang memberikan minyak tanah atau bahkan oli kepada luka, padahal ini salah. Yang benar adalah merawat luka dengan konsep BANTER, yakni basuh dengan air mengalir, beri antiseptik dan kemudian tutup luka dengan plester,” imbuh Haniefathul Azzizah. Mereka juga memperlihatkan dalam video bagaimana seharusnya petani melindungi diri dengan alat pelindung seperti sepatu boots hingga sarung tangan.
Uniknya, para pemain yang memerankan petani adalah benar-benar petani dalam keseharian. Awalnya mereka mempersiapkan aktor yang berlaku sebagai dokter dan petani. “Pada saat kami shooting di persawahan di dekat Sekolah Calon Bintara Rindam V Brawijaya, ada petani yang tengah beraktivitas. Ternyata mereka mau kami tawari sebagai aktor, acting mereka pun tak mengecewakan sehingga pengambilan gambar hanya butuh dua hari sudah kelar,” tutur Aldy yang bertindak sebagai kameramen sekaligus editor. Selain memakai kamera SLR, Aldy juga menggunakan drone untuk pengambilan gambar.
Ternyata video yang mereka bikin menuai pujian dari dewan juri yang terdiri dari dosen FK Universitas Brawijaya dan praktisi perfilman. Juri menilai video yang mereka buat gampang dipahami, kreatif, dan memenuhi sisi estetika seni sebuah video. Dan yang paling penting, tema dan konsep video yang mereka ambil memiliki dampak yang besar untuk Indonesia mengingat pertanian adalah tulang punggung perekonomian bangsa. “Kami juga membuat inovasi, yakni menyebarluaskan gambar QR Code yang berisi video kami. Gambar QR Code ini nantinya bisa dipasang di Puskesmas, balai desa dan lokasi lainnya sehingga para petani bisa mengunduh video kami dengan cara memindai QR Code tadi. Sistem QR Code ini kami contoh dari Sistem Informasi Terpadu atau Sister Universitas Jember,” ungkap Faiza yang mahasiswa FK angkatan 2019 ini.
Keberhasilan trio calon dokter ini tidak lepas dari keaktifan mereka dalam organisasi Asian Medical Student Association (AMSA) cabang FK Universitas Jember, ada 104 mahasiswa yang menjadi anggotanya. Untuk diketahui ajang Indonesian Medical Student Training and Competition (IMTSC) 2020 di Malang juga dilaksanakan oleh AMSA cabang FK Universitas Brawijaya. Di dalam organisasi AMSA mereka dilatih memupuk persahabatan, menuntut ilmu dan mengabdikan ilmu kepada kemaslahatan umum. “Dari diskusi-diskusi terkait agromedis yang kami lakukan, timbul ide bagaimana memberikan edukasi kesehatan khususnya trauma care kepada petani hingga muncullah konsep BANTER,” ujar Aldy yang bersama rekan-rekannya tengah bersiap mengikuti kegiatan Pacific Pre Conference Competition 2020 juga yang diadakan oleh AMSA pusat. (iim)