[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 27 Juli 2018
Warga Desa Wonosari, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, meminta agar Program Mitigasi Berbasis Lahan yang dilaksanakan oleh tim Indonesian Climate Change Trust Fund (ICCTF)-Universitas Jember terus dilanjutkan, walaupun sudah berakhir. Permohonan ini disampaikan langsung oleh Sugeng Priyadi, Kepala Desa Wonoasri, dalam kegiatan serah terima Barang Milik Negara (BMN) sekaligus audiensi antara Inspektur Utama Kementerian PPN/Bappenas dan tim ICCTF dengan warga Desa Wonoasri di balai desa setempat (24/8). Sugeng Priyadi mengatakan, permintaan agar Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan dilandasi banyaknya manfaat nyata yang sudah diterima oleh warganya selama pelaksanaan program dari Februari 2017 hingga Juni 2018 lalu.
Menurut Sugeng Priyadi, semenjak Program Mitigasi Berbasis Lahan dimulai, kini warganya memiliki berbagai usaha sampingan sehingga meminimalkan perambahan wilayah Taman Nasional Meru Betiri (TNBM). Selain diajak turut serta menanami kembali lahan kritis di TNMB, sekarang warga Desa Wonoasri memiliki usaha berupa Kelompok Usaha Bersama (Kube). Ada Kube ternak semut rang-rang, Kube batik pewarna alami, Kube jamu, dan Kube produk olahan jamur. “Petani kami juga mulai menikmati hasil dari tanaman cabe jawa yang ditanam sebagai tanaman sampingan di areal TNMB. Harapannya hutan tetap lestari, sementara masyarakat penduduk desa penyangga TNMB juga sejahtera. Untuk itu walaupun program ICCTF Universitas Jember secara resmi sudah berakhir, kami tetap meminta bimbingan dari Universitas Jember untuk mengembangkan program yang sudah dirancang, diantaranya menjadikan Desa Wonoasri sebagai Desa Wisata,” ungkap Sugeng Priyadi.
Permohonan agar Universitas Jember terus membina warga Desa Wonoasri didukung oleh Roni Dwi Susanto, Inspektur Utama Kementerian PPN/Bappenas yang selama dua hari (23-24/8) melihat secara langsung pelaksanaan Program Mitigasi Berbasis Lahan yang dilaksanakan oleh tim ICCTF Universitas Jember. “Setelah melihat dari dekat pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Tim ICCTF Universitas Jember, saya yakin usaha yang dirintis memiliki potensi untuk berkembang lebih besar, sebab Desa Wonoasri saya lihat memiliki banyak potensi yang bisa digali. Salah satunya dengan menggerakkan Bumdes yang ada, oleh karena itu saya mendukung Universitas Jember membina pemerintah desa dan warga Wonoasri,” urai Roni Dwi Susanto.
Selain melihat dari dekat pelaksanaan Program Mitigasi Berbasis Lahan, Inspektur Utama Kementerian PPN/Bappenas menyerahkan berbagai peralatan kepada petani dan Kube di Desa Wonoasri senilai 700 juta rupiah. “Saya berharap seluruh peralatan yang diserahkan kepada petani, Kube, dan masyarakat Desa Wonoasri dapat dimanfaatkan dengan baik. Tinggal kini bagaimana pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan lembaga terkait seperti Universitas Jember untuk mengarahkan program selanjutnya, agar tujuan kita bersama melestarikan hutan dan mensejahterakan warga desa penyangga TNMB dapat terwujud,” kata Roni Dwi Susanto lagi.
Permohonan agar Universitas Jember terus membina Desa Wonoasri disambut positif oleh Hari Sulistyowati, salah seorang peneliti tim ICCTF-Universitas Jember. Menurutnya pelaksanaan Program Mitigasi Berbasis Lahan di desa Wonoasri tidak hanya memberikan manfaat bagi warga sekitar, namun juga bagi peneliti dan mahasiswa Universitas Jember. “Selama pelaksanaan program, banyak dinamika, pengetahuan baru, dan kearifan lokal yang kami peroleh. Untuk itu Universitas Jember mulai merintis penetapan Desa Wonoasri sebagai desa binaan Universitas Jember,” tutur dosen di Program Studi Biologi FMIPA Universitas Jember ini yang siang itu mewakili Universitas Jember. Sehari sebelumnya (23/8), Inspektur Utama Kementerian PPN/Bappenas, dan Tim ICCTF Pusat bertemu Rektor Universitas Jember, guna membahas evaluasi Program Mitigasi Berbasis Lahan di kampus Tegalboto.
Cerita mengenai pengetahuan baru selama pelaksanaan program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan dibuktikan sendiri oleh Inspektur Utama PPN/Bappenas beserta rombongan ICCTF Jakarta. Saat melihat lokasi penanaman bibit tanaman di blok Donglo di wilayah TNMB, hadirin tertarik dengan penjelasan Rahim, salah seorang petani yang menggunakan botol bekas air mineral untuk memberikan asupan air untuk bibit tanaman yang masih dalam masa pertumbuhan. Ide dan cara ini ditempuh oleh petani Desa Wonoasri mengingat saat ini adalah musim kemarau. Di setiap tanaman diselipkan tongkat bambu sebagai alat untuk menggantungkan botol bekas air mineral berisi air. Botol mineral dilubangi dengan ukuran tertentu sehingga dapat mengucurkan air dalam jangka waktu tertentu. “Selain menggunakan botol bekas air mineral, pada saat menanam bibit kami menempatkan gedebog pisang di sekeliling bibit tanaman dengan tujuan agar kelembaban tanah tetap terjaga,” jelas Rahim.
Kegiatan kemudian diteruskan dengan audiensi antara Inspektur Utama Kementerian PPN/Bappenas, Tim ICCTF Pusat, perwakilan Universitas Jember, dan Kepala TNMB. Dalam audiensi tercetus keinginan warga Desa Wonoasri untuk menjadikan desanya sebagai Desa Wisata. Seperti yang diungkapkan oleh Sugeng, salah seorang warga. “Produk-produk Kube di sini seperti batik dengan pewarnaan alami perlu promosi agar dikenal luas, salah satunya dengan menjadikan Desa Wonoasri sebagai destinasi wisata, dan sekaligus pintu masuk ke TNMB,” usul Sugeng yang didukung oleh Kholid Indarto, Kepala TNMB. Namun Kepala TNMB mengingatkan agar pendirian Desa Wisata perlu dukungan semua pihak seperti pemerintah daerah dan lembaga terkait. “Keberhasilan pelaksanaan Program Mitigasi Berbasis Lahan di Desa Wonoasri akan kita replikasikan ke desa-desa di seputaran TNMB, tentu bekerjasama dengan Universitas Jember,” ujar Kholid Indarto. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]