[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 7 September 2018
Universitas Jember kembali dipercaya untuk menjadi tuan rumah dalam ajang Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Daerah (PEKSIMIDA) ke XIV Jawa Timur 2018 untuk tangkai lomba baca puisi. Sebanyak 25 peserta utusan dari Perguruan Tingggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta PTS se Jawa Timur menunjukan kemampuannya dalam membaca puisi di gedung Soerachman Universitas Jember.
“Alhamdulillah tahun ini kami kembali di percaya oleh panitia pusat untuk menjadi tuan rumah dalam PEKSIMIDA XIV Jawa Timur untuk tangkai lomba baca puisi. Tentu hal ini menjadi suatu kehormatan bagi kami dan kami akan berusaha untuk menjadi juri yang adil dalam menentukan juara,” ujar Biro I Bidang Akademik Dul Halim, SH, MH saat membuka acara.
Dalam sambutan singkatnya, Dul Halim berharap agar PEKSIMIDA bisa menjadi sarana dalam meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni di kalangan mahasiswa. Menurutnya hal itu bertujuan untuk memperkaya seni budaya bangsa Indonesia yang dapat memperkuat daya saing bangsa.
“Selain itu mudah-mudahan acara ini dapat meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler kemahasiswaan di perguruan tinggi khususnya di bidang seni. Tentunya kegiatan ini juga menjadi sarana silaturahmi para pegiat seni baca puisi di Jawa Timur sekaligus untuk mempererat rasa persaudaraan dalam rangka keutuhan NKRI,” imbuhnya.
Sementara itu berdasarkan hasil penilaian, Idris Yazid Mahasiswa dari Universitas Brawijaya dan Nur Mutiara dari Universitas Airlangga kompak meraih gelar juara 1. Yazid berhasil meraih nilai tertinggi untuk kelompok putra dan Mutiara untuk kelompok putri dengan perolehan nilai masing-masing 736 dan 727 point.
“Mereka berdua akan menjadi wakil Jawa Timur dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS) yang ke 14 pada bulan Oktober mendatang yang digelar si ISI Yogyakarta untuk bidang lomba yang sama,” Ujar Dr. Akhmad Taufik selaku perwakilan dewan juri.
Menurut Taufik secara keseluruhan penampilan masing-masing peserta sudah cukup bagus. Hanya saja menurutnya, beberapa peserta masih tidak bisa membedakan antara membaca puisi dengan teatrikalisasi puisi.
“Ini adalah lomba baca puisi dan sangat berbeda dengan teatrikalisasi puisi. Maka dari itu hindarkan adegan-adegan yang tidak penting dan dapat mengurangi nilai. Ini membaca dan penilaiannya adalah hanya meliputi vokalisasi, representasi, interpretasi, totalitas vokalisasi dan gestur. Justeru adegan-adegan teatrikal memiliki point yang rendah,” pungkasnya.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]