Metode Penelitian Berspektif Feminis Menempatkan Perempuan Sebagai Subyek

Jember, 2 Juli 2020
Banyak bidang ilmu pengetahuan dan hasil penelitian mulai dahulu hingga kini yang ditulis oleh ilmuwan atau peneliti laki-laki. Akibatnya prespektif yang dibangun pun dari sudut pandang laki-laki. Oleh karena itu perlu dikembangkan meode penelitian yang berperspektif feminis sehingga dapat mengurangi bias gender, sekaligus menempatkan perempuan sebagai subyek. Benang merah ini menjadi kesimpulan webinar bertema “Metode Penelitian Berperspektif Feminis : Pendekatan Alternatif Dalam Berpengetahuan Ilmiah” yang digelar oleh Pusat Studi Gender (PSG) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember pada Kamis, 2 Juli 2020.


Menurut Annie Pohlman, akademisi dari University of Queensland, Australia, bias gender karena ilmu pengetahuan dan hasil penelitian yang didominasi oleh peneliti laki-laki juga terjadi di dunia barat. Oleh karena itu para peneliti seharusnya mulai mengembangkan metode penelitian berperspektif feminis karena dinilai mampu memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh dalam menyikapi sebuah permasalahan penelitian. Annie Pohlman lantas mencontohkan penelitian yang dilakukannya terhadap korban tragedi kekerasan tahun 1965 yang telah dilakukannya.
“Saya melakukan penelitian korban tragedi kekerasan tahun 1965 dengan metode penelitian sejarah lisan yang berprespektif feminis, fokus pada small voices. Dalam penelitian ini saya sengaja menempatkan perempuan sebagai subyek dan sentral. Hasilnya banyak informasi dan data yang berhasil saya gali ketika mewawancarai para perempuan korban tragedi kekerasan tahun 1965. Suara korban perempuan ini memberikan pemahaman baru dalam memahami tragedi kekerasan tahun 1965. Pasalnya banyak informasi dan data tertulis tragedi kekerasan tahun 1965 yang hilang, sementara informasi dan data utama umumnya berasal dari versi tertentu saja,” ujar sejarawan yang sudah hampir 20 tahun meneliti tragedi kekerasan tahun 1965.


Pendapat Annie Pohlman didukung oleh Linda Dwi Eriyanti, Ketua Pusat Studi Gender (PSG) LP2M Universitas Jember. Menurutnya, metode penelitian berprespektif feminis dapat dimasukkan dalam beragam metode penelitian. “Metode penelitian berprespektif feminis dapat digunakan dalam penelitian studi kasus, eksperimental dan lainnya. Misalnya peneliti gizi perlu paham bahwa kebutuhan gizi bagi perempuan berbeda dengan laki-laki. Perlu diingat Intinya memberikan semangat advokasi kepada perempuan, serta mengubah konstruksi dan stereotype yang keliru terhadap perempuan,” ujarnya.


Pemateri ketiga adalah Kartika Senjarini dari LP2M yang menegaskan Universitas Jember terus mendorong keberpihakan terhadap perempuan dalam berbagai penelitiannya, termasuk membentuk Kelompok Riset (KeRis) yang fokus pada permasalahan gender dan pemberdayaan perempuan. “Saat ini sudah terbentuk dua Kelompok Riset yang fokus pada permasalahan gender dan pemberdayaan perempuan, dari 343 Kelompok Riset yang ada,” ungkap Kartika Senjarini. Sementara itu Rektor Universitas Jember berharap webinar kali ini dapat memberikan pengetahuan dan khazanah baru dalam penelitian bagi peneliti dan dosen di Kampus Tegalboto. “Masih banyak pertanyaan, misalnya apakah perspektif feminis ini bisa diaplikasikan di ranah ilmu-ilmu eksakta, kalau bisa bagaimana dan seterusnya. Semoga webinar ini memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan atmosfir akademik di Universitas Jember,” kata Iwan Taruna. (iim)

Skip to content