Indonesia Bertekad Salip Vietnam Dalam Produksi Kopi

Jember, 5 September 2020
Indonesia bertekad meningkatkan produktivitas kopinya hingga merebut kembali posisi sebagai produsen kopi nomor nomor dua di dunia yang kini ditempati Vietnam. Tekad ini disampaikan oleh Bambang Brodjonegoro, Menristek/BRIN saat menjadi pembicara utama dalam webinar bertema “Indonesia Dalam Peta Kopi Dunia : Peluang dan Prospek” yang digelar oleh Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember hari Sabtu sore (5/8). Menurut Bambang Brodjonegoro, peningkatan produksi kopi menjadi salah satu program ekonomi nasional mengingat 96 persen produk kopi Indonesia disumbang oleh perkebunan kopi rakyat, sehingga jika produktivitas kopi naik maka dampak positifnya akan dirasakan oleh masyarakat, dari petani hingga pelaku usaha di bidang kopi.


Bambang Brodjonegoro menjelaskan, saat ini rata-rata produksi kopi tahunan Indonesia mencapai 600 ribu ton per tahun, yang dihasilkan oleh 1,3 juta hektar lahan perkebunan kopi. Dari jumlah tersebut 45 persen diserap pasar dalam negeri, dan sisanya diekspor. “Sebenarnya jumlah luasan kebun kopi Indonesia lebih luas daripada Vietnam, namun mereka lebih all out mengembangkan kopi hingga menyalip kita. Sementara petani kita masih menghadapi kendala pada lahan petani yang terbatas, dan masih menjadi tanaman sampingan saja. Problem berikutnya adalah pada tahapan pasca panen. Oleh karena itu Kemenristek/BRIN melalui LIPI telah mengembangkan berbagai teknologi tepat guna untuk petani kopi,” jelas mantan Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Ketua Bappenas ini.
Salah satu program bantuan teknologi tepat guna yang dimotori oleh LIPI dilakukan di Kabupaten Sumba Barat Daya. Program ini berhasil melahirkan produk kopi yang dinamakan Aroma Kopi Sumba yang berhasil menyabet gelar juara kopi nasional di tahun 2017 dan 2018 lalu. “Saya berharap agar perguruan tinggi seperti Universitas Jember turut berperan dengan membentuk konsorsium multidisiplin dalam meneliti kopi yang melibatkan banyak pakar dari berbagai disiplin keilmuan agar pengembangan kopi kita makin maju. Sebab pengembangan kopi membutuhkan banyak keahlian dari pertanian hingga pemasaran,” imbuh Bambang Brodjonegoro.


Tekad pemerintah didukung oleh Irfan Anwar, Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI). Menurutnya peningkatan produktivitas kopi perlu menjadi perhatian pemerintah mengingat luasan kebun kopi Indonesia masih lebih besar daripada Vietnam. Jika Indonesia memiliki luasan 1,3 juta hektar maka Vietnam hanya punya 650 ribu hektar. “Namun produktivitas kebun kopi Vietnam masih lebih unggul. Satu hektarnya bisa menghasilkan 2,3 ton kopi, bandingkan dengan kita yang maksimal hanya 700 kilogram saja. Tak heran jika Vietnam melesat menjadi penghasil kopi nomor dua di dunia,” ungkap Irfan Anwar. Produsen nomor satu dunia masih diduduki oleh Brazil, nomor tiga Kolombia dan Indonesia di nomor empat.
Tantangan menaikkan produktivitas kebun kopi Indonesia juga menghadapi kendala saat ini, yakni merebaknya pandemi Covid-19 sehingga ekspor kopi tersendat. “Gara-gara Covid-19 maka hotel tutup, cafe tutup, yang membuat harga kopi dunia turun hingga 30 persen. Namun untungnya harga kopi speciality yang menjadi salah satu unggulan Indonesia masih bertahan. Jika peningkatan produksi kopi bisa diwujudkan maka dua juta petani Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada usaha perkebunan kopi akan lebih sejahtera, termasuk para pelaku usaha kopi dari hulu hingga hilir,” ungkap Irfan Anwar.


Sebelumnya dalam kesempatan memberikan sambutan, Iwan Taruna, Rektor Universitas Jember, mendukung berlangsungnya webinar bertema “Indonesia Dalam Peta Kopi Dunia : Peluang dan Prospek”. Pasalnya kopi sudah menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia dan sekaligus berpotensi sebagai pilar diplomasi Indonesia. “Apresiasi untuk Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember yang konsisten menggelar webinar dalam kerangka gastrodiplomasi. Universitas Jember dengan Kelompok Riset kopi dan pengalaman membina petani kopi akan turut aktif mengembangkan kopi Indonesia,” ujarnya. (iim)

Skip to content