Diplomat RI Bisa Jadi Pemasar Andalan Kopi Indonesia

Jember, 5 September2020
Kopi menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia dan sekaligus berpotensi sebagai pilar diplomasi Indonesia. Tak heran jika diplomat Indonesia diharapkan turut menjadi pemasar produk kopi Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Prayono Atiyanto, diplomat ahli utama Kemenlu RI saat memberikan materi pada kegiatan webinar bertema “Indonesia Dalam Peta Kopi Dunia : Peluang dan Prospek” yang digelar oleh Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember hari Sabtu sore (5/8). Peran para diplomat Indonesia ini antara lain dengan melaksanakan marketing intellegence dalam bidang kopi,menggalang kekuatan diaspora Indonesia, dan menghubungkan pelaku usaha kopi Indonesia dengan pengusaha di negara dimana dia bertugas.


Menurut Prayono Atiyanto, kegiatan marketing intellegence diantaranya mencari informasi mengenai regulasi perdagangan kopi yang ada, memantau kompetitor, serta mencari informasi mengenai selera kopi yang ada di sebuah negara. “Para diplomat juga diminta merintis kerjasama bisnis dengan pelaku usaha setempat, termasuk aktif mempromosikan kopi Indonesia dengan melibatkan keberadaan diaspora Indonesia yang ada,” tutur pria yang akrab dipanggil Duta Besar Kopi Indonesia karena aktif memperkenalkan kopi Indonesia di berbagai kesempatan, terutama di luar negeri. Dalam kesempatan ini Prayono Atiyanto juga meminta eksportir kopi Indonesia mulai melirik pasar Amerika Latin, bahkan kedutaan besar Indonesia di Argentina, Chile dan negara lainnya siap memfasilitasi promosi kopi Indonesia di kawasan itu.


Kesiapan mempromosikan kopi Indonesia disampaikan oleh Ratu Silvy Gayatri, Duta Besar Indonesia untuk Finlandia dan Estonia yang berkedudukan di Helsinki. Menurutnya Finlandia adalah pasar potensial kopi Indonesia mengingat konsumsi kopinya mencapai 12 kilogram per orang per tahun. “Indonesia punya banyak speciality coffee seperti kopi Toraja, Gayo, Ijen dan lainnya yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan kopi negara lainnya. Namun kekhasan ini perlu didukung narasi seperti dikaitkan dengan kebudayaan masyarakat dimana kopi itu dibudidayakan. Kedua, perlu memperhatikan faktor environment friendly sebab masyarakat Eropa sangat peka terhadap pelestarian alam,” katanya.


Sementara itu Ridwan Hasan, Konsul Jenderal RI di Dubai mengusulkan agar selain mengembangkan speciality coffee yang jumlahnya kini mencapai 24 macam, Indonesia juga mulai memikirkan kopi khas Indonesia sehingga mudah dikenali oleh warga dunia. Langkah ini diambil oleh Kolombia yang memiliki kopi khas Kolombia yang dikemas dengan kemasan khusus, bahkan memiliki icon Joan Valdez sehingga kopi Kolombia mudah dikenali oleh penikmatnya. “Perlu juga memikirkan membuka gerai kopi Indonesia di negara seperti Uni Emirat Arab yang menjadi pusat perdagangan internasional, atau membuka di bandara Internasional Dubai yang menjadi hub bagi banyak penerbangan dunia,” usul Ridwan Hasan.


Uniknya, webinar kali ini selain diikuti pemerhati hubungan internasional dan gastrodiplomasi, juga diikuti 18 perwakilan Indonesia di luar negeri seperti Finlandia, Spanyol, Perancis, Jerman, Tunisia, Belgia, Jepang, Afrika Selatan dan negara lainnya. Tercatat ada 600 lebih peserta yang turut berpartisipasi. “Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember berkomitmen terus menggelar webinar yang menghadirkan para diplomat, pelaku usaha dan akademisi terutama di bidang kajian gastrodiplomasi. Webinar kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi kopi Indonesia beserta diplomasi kopi Indonesia,” jelas Agus Trihartono, koordinator Pusat Kajian Gastrodiplomasi yang menjadi co-host sore itu.
Acara webinar bertema “Indonesia Dalam Peta Kopi Dunia : Peluang dan Prospek” adalah hasil kerjasama antara Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember, Kemenlu RI, Universitas Pelita Harapan, Binus University, Universitas Trisakti, London School of Public Relations, IWAPI, Indonesian Chef Association, dan pihak lainnya. Webinar dipandu oleh Mochamad Achir, jurnalis salah satu televisi swasta nasional. (iim)

Skip to content