Jember, 4 November 2022
Berwirausaha menjadi salah satu alternatif meraih penghasilan, apalagi pemerintah gencar mendorong anak muda Indonesia berani berusaha. Begitu pula yang dilakukan oleh Mochamad Faisal Tamami, mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember yang kini mulai menjalankan usaha di tempat asalnya sambil tetap kuliah. Berbekal uang tabungan sebesar tiga juta rupiah, Faisal begitu panggilan akrabnya, mantap memulai usaha berjualan penganan kecil baso aci dengan jenama Baso Aci Royal.
“Awal berjualan baso aci tentu tidak mudah, yang pasti harus melawan rasa malu apalagi biasanya yang beli baso aci adalah kaum hawa. Kadang ada perasaan khawatir bakal jadi bahan pembicaraan, kok mahasiswa jualan,” ungkap Faisal sambil ketawa mengingat masa awal memulai usaha di tahun 2020. Pilihan berjualan baso aci tak lepas dari usaha sang ibu yang berjualan bakso juga, bedanya sang ibu berjualan bakso daging sapi.
Namun Faisal berusaha menepis jauh-jauh perasaan tadi, dirinya sadar sebuah usaha memang harus dibangun dari nol dan butuh waktu untuk menjadi besar, maka tentu ada tantangan dan hambatan. Faisal optimis usahanya bakal berjalan karena di daerahnya di Desa Padotam Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi belum ada kompetitor sejenis. Selain berjualan baso aci, Faisal menggabungkannya dengan berjualan es teh dengan berbagai varian rasa.
Pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian dibuktikan oleh mahasiswa yang tengah menyusun skripsi ini. Pada awalnya Faisal sempat bingung menentukan komposisi yang pas untuk membuat baso aci yang enak. Selama kurang lebih satu tahun Faisal terus mencoba berbagai resep yang pas agar baso acinya disukai. Dari mencari resep baso aci di dunia maya hingga berguru pada penjual baso aci di wilayah kampus Universitas Jember juga sudah dilakukannya. Sementara itu kendala kedua adalah bagaimana menyelaraskan antara berwirausaha dan kuliah.
Perlahan namun pasti keberadaan Baso Aci Royal Faisal yang gerainya ada di barat Pasar Pedotan Bangorejo mulai dikenal konsumen. Pembeli pun mulai berdatangan menikmati Baso Aci Royal yang dijual satu paketnya seharga 12 ribu rupiah. Dalam satu paket Baso Aci Royal terdapat baso aci dengan isian urat sapi, siomai goreng mini, krupuk cuanki yang kemudian disiram kuah dibumbui bubuk cabe. Dalam sehari Faisal bisa menjual 10 hingga 20 paket baso aci, belum termasuk keuntungan dari menjual es teh.
“Alhamdulillah setelah berjalan setahun lebih saya bisa merekrut dua karyawan. Satu orang bertugas memasak baso aci dan satu orang membantu saya melayani pembeli. Namun modal terbesar bagi saya justru dorongan dan doa dari orang tua sebab mereka yang mendukung penuh usaha saya. Pesan Bapak dan Ibu, asal berusaha secara halal maka jalanin saja, serta yang pentng jangan lupa menyelesaikan kuliah. Untuk nama sengaja saya namakan Baso Aci Royal dengan harapan pembeli yang datang akan beli lagi dan lagi, bahkan mentraktir kawan-kawannya alias royal,” kata Faisal yang sempat berwirausaha peternakan lele namun gagal.
Adanya karyawan membuat Faisal sedikit lega, sebab gerai Baso Aci Royal miliknya bisa ditinggalkan ke Jember jika harus berkonsultasi mengenai skripsi dengan dosen di kampus. Bahkan Faisal sering mendapatkan pesanan dari sesama mahasiswa apalagi Faisal sudah memanfaatkan media sosial untuk berpomosi. Seperti yang diceritakan juga oleh Febrian, rekan satu jurusan Faisal di FKIP Universitas Jember. “Saya salut dengan ketekunan Faisal, mau bekerja keras dan tak jarang harus bolak-balik Banyuwangi ke Jember guna mengembangkan usaha sambil terus kuliah. Bahkan terkadang dia membawa 20 porsi baso aci pesanan kawan-kawan dari rumahnya,” ujar Febrian yang juga sesekali nitip Baso Aci Royal kepada Faisal.
Kini Faisal sudah menikmati manisnya berwirausaha, bahkan mulai memikirkan untuk membuka gerai baru di Kecamatan Bangorejo. Menurutnya senyampang masih muda maka harus kreatif dan produktif, syukur-syukur mampu membuka lapangan kerja. Apalagi mengingat mencari pekerjaan di saat ini cukup sulit setelah pandemi Covid-19 menerpa Indonesia. Berwirausaha juga mengajarkan kepada Faisal bagaimana kita seharusnya menghargai dan menggunakan setiap rupiah hasil jerih payah kita dengan bijaksana.
“Saya banyak mendapatkan pelajaran hidup dari berwirausaha, seperti saat saya atau pedagang lain lagi sepi pembeli. Namanya juga usaha, kadang laris tapi kadang ada ruginya. Hikmahnya kita harus terus berusaha dan berdoa. Insyaallah selepas lulus kuliah nanti saya tetap ingin menjadi guru sembari terus berwirausaha,“ ujar Faisal yang kini menambah jenis jualannya dengan Aci Celor hingga mie instan memungkasi pembicaraan. (matus/iim)