Jember, 25 Januari 2022
Bocah cilik dan permen, mungkin dua hal yang tak terpisahkan. Namun jika mereka terlalu banyak mengkonsumsi permen atau makanan manis lainnya, maka ancaman karies hingga gigi berlubang yang datang. Melihat fakta ini, mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember, Maryam Tsaqifah Muwahhidah, mendapatkan ide kreatif. Yakni permen lunak non sukrosa dengan perasa serai dan lemon yang bisa menghambat perkembangan bakteri penyebab karies gigi.
“Sejak awal mula kuliah di Program Studi Teknologi Hasil Pangan, saya sudah tertarik meneliti pangan fungsional, khususnya pangan yang bisa berkontribusi kepada kesehatan. Dan ide permen lunak non sukrosa muncul saat dosen saya, Pak Aji Sukoco menantang kami untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa di internal FTP. Berdasarkan referensi yang saya baca, angka penderita karies gigi pada anak di Indonesia tergolong tinggi. Lantas muncul ide membuat permen lunak non sukrosa yang sehat karena tanpa gula dan bisa mencegah karies gigi. Jadi orang tua tak perlu khawatir anaknya bakal kena masalah gigi sebab dengan mengkonsumsi permen ini justru menghambat bakteri penyebab karies gigi,” jelas Ifah, nama panggilannya saat ditemui di Kampus Tegalboto (25/1).
Ifah membuat permen lunak non sukrosa dengan menggunakan sediaan nanoemulsi dari kombinasi minyak esensial serai dan lemon. Serai adalah salah atu tanaman yang mudah didapatkan di sekitar kita, sementara untuk minyak esensial lemon, Ifah memanfaatkan kulitnya yang sering terbuang jadi limbah. Pemilihan minyak esensial serai dan lemon selain memberikan rasa, juga sebagai bahan utama yang akan menghambat perkembangan bakteri penyebab karies gigi. Pasalnya dari penelitian Ifah di Rumah Sakit gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jember, senyawa bioaktif keduanya terbukti efektif mencegah perkembangan bakteri penyebab karies gigi.
“Serai mengandung aktioksidan, antimikroba, anti radang bahkan mengurangi resiko kanker. Sementara lemon penuh dengan vitamin C, mikro nutrisi dan antioksidan seperti asam sitrat, hesperidin dan diosmin. Adanya lemon juga memberikan rasa segar yang khas untuk permen. Saya sengaja membuat sediaan kombinasi minyak esensial serai dan lemon dalam bentuk nanoemulsi dengan tujuan dapat meningkatkan bioavailabilitas senyawa bioaktif dalam minyak tersebut sehingga aktivitas antibakterinya dapat meningkat,” tutur Ifah yang hobi memasak ini.
Ketekunan Ifah meneliti pangan fungsional khususnya di bidang kesehatan ternyata mendapatkan banyak apresiasi, diantaranya mendapatkan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta 2021 dari Ditjen Dikti Kemendikbudristek sebesar 10 juta rupiah. Penerima pendanaan program kreativitas mahasiswa gagasan Futuristik dan Konstruktif (PKM GFK) 2021. Medali emas kategori poster pada kegiatan “Food and Biocomplex Innovation” di Universitas Brawijaya. Juara kedua kategori poster pada ajang Kepedulian Mahasiswa dan Masyarakat terhadap Pangan (KM2P), medali emas pada Global Young Scientist Challenge (GYSC) kategori Healthcare 2020 dan prestasi lainnya.
Walaupun penelitiannya masih di skala laboratorium, tetapi menurut koleganya di FTP, rasa permen buatan Ifah tak kalah dengan permen di pasaran. Oleh karena itu Ifah berharap ada industri yang tertarik mengembangkan permen non sukrosa anti karies gigi hasil penelitiannya. Kini setelah diwisuda pada wisuda periode IV tahun akademik 2022/2023 hari Sabtu lalu, pemilik IPK 3,72 ini berancang-ancang meneruskan studi ke jenjang Pascasarjana. Gadis asli Jember ini bercita-cita bekerja di industri pangan atau menjadi dosen. “Saat ini lagi mencoba mendaftarkan ke beberapa penyedia beasiswa, semoga bisa tembus. Kalau saya sih pengin bekerja di industri pangan, tapi kalau ayah ibu ingin saya menjadi dosen,” pungkas Ifah. (iim)