Pupuk Organik Peneliti Faperta UNEJ, Komoditas Cabai Trenggalek Tembus 35 kali Panen

Trenggalek, 7 Agustus 2024
Salah satu komoditas hasil pertanian terbesar di Indonesia adalah padi, namun berbeda dengan yang dilakukan oleh para peneliti Fakultas Pertanian Universitas Jember, baru-baru ini melakukan penelitian tersebut dibuktikan dengan manfaatnya untuk masyarakat terutama di sektor pertanian atau komoditas cabai yang berada di Kabupaten Trenggalek. Menariknya, pupuk hasil penelitian tersebut untuk memperbaiki unsur hara pada tanah dan daya tahan tanaman cabai tersebut selain tahan akan hama, tanaman tersebut mampu dipanen 35 kali. Fakta menarik tersebut diungkapkan oleh Prof. Soetrisno, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember kala menghadiri panen perdana di Desa Dawuan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek (07/08/2023).

Prof. Soetriono, Dekan Fakuktas Pertanian Universitas Jember, kala menghadiri panen cabai perdana di Kabupaten Trenggalek

Lalu dirinya menuturkan, pada kondisi optimal tanaman cabai dapat di panen 5 sampai 25 kali ” selama masa optimal tanaman cabai dapat di panen 35 kali, namun panen optimal pada panen yang ke 5 sampai 25 kali ,” tuturnya.

Lantas dirinya menambahkan, penelitian tersebut hasil kerjasama antara Universitas Jember dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu dalam rangka untuk menyejahterakan masyarakat khususnya para petani cabai yang berada di Kabupaten Trenggalek.

Prof. Soetriono Dekan Fakultas Pertanian kala melihat lahan tanaman cabai di Kabupaten Trenggalek

“Terdapat 6 Kabupaten yang menjadi objek penelitian kami diataranya, Kabupaten Kediri pada Jagung, Nganjuk pada Padi, Madiun pertanian Cabai, Ponorogo pada pertanian Bawang Prei, Trenggalek pada pertanian Cabai dan Tulungagung pada pertanian Padi, penggunaan pupuk organik mampu mengurangi penggunaan pupuk non organik sebanyak 25%, dan diharapkan dalam penggunaan pupuk organik secara bertahap dalam budidaya cabai dapat menggantikan peranan pupuk non organik sepenuhnya sehingga dapat tercipta pertanian pertanian cabai organik,” katanya.

Dirinya berharap kedepan kerjasama tersebut dapat bisa ditingkatkan agar dapat menyejahterakan para petani yang ada di kabupaten Trenggalek, dan juga mampu melestarikan lingkungan dan meminimalisir kerusakan unsur hara pada tanah.

Sungkono, Petani Cabai Kabupaten Trenggalek kala memperlihatkan hasil panennya.

Sementara itu, Sungkono, salah satu petani cabai di Kabupaten Trenggalek mengatakan, dapat di bedakan antara cabai yang menggunakan pupuk organik dengan non organik. Cabai menggunakan pupuk organik batang pohon lebih kuat dan cabainya lebih banyak dan tidak mudah rontok, berbeda dengan hasil menggunakan pupuk non organik batang tanaman tidak mampu menahan cabai sekalipun tidak begitu lebat.

“Untuk bobot dari cabainya lebih berat yang menggunakan pupuk organik, manfaat lainnya untuk tanah selain untuk melengkapi ketersediaan unsur hara tanah, penggunaan pupuk organik mampu meminimalisir terjadinya stres pada tanaman cabai, karena pupuk organik dapat menjaga kelmbaban tanah,” katanya.

Dirinyapun juga berharap peran pemerintah harus tepat sasaran agar para petani mendapatkan manfaat dari para peneliti dari perguruan tinggi untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya pada masyarakat petani di Indonesia. (is)

Skip to content