Jember, 16 November 2023
Palet kayu jenis jati belanda yang digunakan untuk bantalan atau pengamanan pengiriman barang biasanya hanya dianggap sebagai sampah. Seringkali oleh masyarakat hanya dijadikan sebagai kayu bakar. Namun siapa sangka dengan sentuhan inovasi palet kayu dapat disulap menjadi perabot rumahan yang memiliki nilai jual.
Adalah Nurcahyaning Dwi Kusumaningrum dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Dia berhasil membina masyarakat Kelurahan Jember Kidul Kecamatan Kaliwates, Jember merubah limbah palet kayu jati menjadi aneka perabot rumahan bernilai jual.
“Saya melihat selama ini palet kayu diwilayah Jember Kidul ini potensinya sangat besar. Sangat sayang sekali jika hanya berakhir dengan cara dibakar atau hanya menjadi sampah yang tidak ada harganya,” ujar perempuan yang akrab disapa Ningrum ini saat diwawancarai di kampus FISIP Universitas Jember, (7/11).
Menurut Ningrum pengolahan limbah kayu palet ini sangat layak untuk dikembangkan. Oleh karena itu dirinya mengajak para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setempat untuk fokus pada pengembangan usaha pengolahan palet kayu. Namun menurutnya tidak semua pelaku UMKM yang dia ajak memiliki keterampilan dalam mengolah limbah palet kayu.
“Bagi yang belum memiliki keterampilan ya kami berikan pelatihan dan pendampingan pemanfaatan limbah palet kayu menjadi produk interior rumah atau alat dapur. Kami juga memberikan pengetahuan, pendampingan dan memberikan bantuan alat teknologi tepat guna untuk memudahkan proses produksi,” imbuh Ningrum.
Berdasarkan hasil kajian yang dia lakukan, selama ini masyarakat terkendala alat untuk proses produksi limbah palet kayu. Dengan modal peralatan yang sederhana pengrajin setiap harinya hanya dapat memproduksi 1-3 barang kerajinan dalam ukuran kecil dan apanila ukuran sedang mapun besar hanya dapat menyelesaikan 1-2.
“Keterbatasan alat produksi dan ide produk yang akan diproduksi masih menjadi kendala utama. Oleh karena itu perlu adanya pendampingan untuk memudahkan proses produksi,” imbuh ibu dari satu anak ini.
Selain melakukan proses pendampingan produksi dan inovasi produk, Ningrum juga memberikan keterampilan pada pelaku pengolah palet kayu untuk bisa melakukan branding dan pemasaran pada produk yang dihasilkan. Salah satunya dalah dengan memberikan pelatihan pemasaran melalui media sosial dan market place online. Karena selama ini produk yang dihasilkan hanya dibeli oleh masyarakat sekitar saja.
“Percuma kalo mereka hanya bisa membuat produk yang bagus tetapi tidak bisa menjual. Ujung-ujungnya mereka tidak memiliki kuasa terhadap harga. Akhirnya harga ditentukan pihak lain. Oleh karena itu kemudian kami latih mereka untuk memasarkan sendiri” jelas Ningrum. (mun)