Jember, 6 Januari 2023
Begitu pembawa acara mengumumkan nama Dhea Arviana Wijianti sebagai peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi di jenjang sarjana, maka sontak segenap hadirin upacara wisuda periode VII tahun akademik 2023/2024 Universitas Jember di gedung auditorium Universitas Jember bertepuk tangan. Yah, Dhea, begitu pangglan akrab gadis berjilbab ini meraih IPK nyaris sempurna, yakni 3,99 ! Lebih istimewanya lagi, Dhea adalah penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) !
“Saya bersyukur bisa menyelesaikan kuliah di FKIP Universitas Jember dengan beasiswa KIP-K, pasalnya tanpa bantuan pendanaan KIP-K maka mustahil saya bisa meraih gelar sarjana pendidikan. Orang tua saya hanya penjahit yang penghasilannya pas-pasan,” tutur Dhea memulai pembicaraan.
Gadis asal Slawi, Tegal ini ingat betul saat meminta ijin kuliah kepada orang tuanya. Dengan berat hati orang tuanya, pasangan Wiharjo dan Eni Lestari menyampaikan jika tak punya uang untuk membiayai anak terakhirnya untuk kuliah. Dhea boleh meneruskan ke perguruan tinggi asal membiayai sendiri studinya. Maka yang terlintas dalam benaknya adalah bagaimana cara memperoleh beasiswa pendidikan.
Untungnya ada program KIP-K bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Maka lulusan SMKN 1 Slawi ini mendaftarkan diri dan tekun belajar. Alhamdulillah Dhea lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019. Pilihannya adalah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) FKIP Universitas Jember. Pilihan anak bungsu dari empat bersaudara untuk kuliah di Jember sempat membuat orang tuanya terperanjat. Pasalnya selain jarak yang cukup jauh, mereka pun tak punya sanak saudara di kota yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini.
“Semenjak pertama melihat daftar PTN, saya sudah mantap memilih Program Studi PLS di FKIP Universitas Jember. Awalnya saya tidak tahu apa itu Program Studi PLS, namun setelah saya mencari informasi mengenai PLS, entah mengapa timbul rasa penasaran bahkan akhirnya jadi cinta. Maka saya bertekad bulat menuju Jember untuk daftar ulang, padahal uang pemberian orang tua hanya tersisa empat ratus ribu rupiah saja di dompet,” tutur Dhea mengenang awal mula tiba di kampus Tegalboto.
Ternyata rasa cinta itu pula yang membuat Dhea berprestasi sehingga memperoleh IPK nyaris sempurna. Menurutnya tidak ada yang istimewa dalam pola belajarnya, semuanya mengalir begitu saja. Namun Dhea mengaku menjalani setiap tahapan perkuliahan dengan enjoy karena memang Dhea cinta dengan Program Studi PLS. Bahkan Dhea sudah mempraktekkan ilmu yang didapat di bangku kuliah tanpa harus menunggu diwisuda.
Dhea menambahkan, ilmu dan praktek yang dipelajarinya selama kuliah di Program Studi PLS bak pohon kelapa yang semua bagiannya bermanfaat dari akar, batang hingga buahnya. Dirinya merasa sudah memiliki bekal yang bisa dimanfaatkan dimana saja dan kapan saja. Pasalnya Program Studi PLS memang dirancang untuk memberikan warga belajarnya agar mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang bisa segera dipraktekkan.
“Semenjak kuliah saya menjadi pengajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM Lintas Menuju Cerdas di Glenmore Banyuwangi, bahkan berlanjut hingga kini. Selain itu saya juga mencari penghasilan tambahan dengan menjadi desainer grafis dan konten kreator untuk menambah uang saku,” ungkapnya. Gara-gara aktif di PKBM Lintas Menuju Cerdas pula, Dhea akhirnya memperoleh tambatan hati jejaka asli Banyuwangi.
Di akhir pembicaraan, Dhea berpesan kepada semua siswa-siswi dari kalangan tak mampu yang memiliki keinginan kuliah di perguruan tinggi. Dhea berpesan agar tidak putus asa. Sebab dimana ada niat dan usaha maka akan ada jalan. Dan buktinya adalah dirinya sendiri. “Jangan putus asa, terus berjuang sehingga mampu menggapai cita-cita,” pesan Dhea. (iim)