UPA Pengembangan Karier dan Kewirausahaan Universitas Jember Bentuk Mahasiswa Jadi Juara di Mata HRD

Jember, 20 Maret 2024

Universitas Jember melalui Unit Penunjang Akademik Pengembangan Karier dan Kewirausahaan (UPA PKK) terus berusaha memberikan bekal bagi mahasiswa agar dapat bersaing di dunia kerja. Salah satunya dengan memberikan seperangkat kemampuan agar tampil bak ‘juara’ dihadapan Human Resources Departement (HRD) sebuah perusahaan. Kali ini UPA PKK menggandeng lembaga pengembangan karier QuBisa menggelar webinar bagi mahasiswa tingkat akhir dan para fresh graduates (20/3).

Kegiatan dibuka oleh Kepala UPA PKK Universitas Jember, Rokhani. Dalam sambutannya Rokhani memaparkan jika ada lulusan Universitas Jember yang masih menganggur bukan karena tak punya kemampuan, namun bisa jadi karena kurang tampil maksimal kala bertemu HRD perusahaan.

Opening Speech oleh Kepala UPA Pengembangan Karier dan Kewirausahaan Universitas Jember

“Padahal tampil maksimal bak juara di hadapan HRD itu penting, diantaranya bagaimana membuat CV, cara menjawab pertanyaan hingga bagaimana seharusnya pelamar berinteraksi dengan HRD,” ungkap Rokhani.

Oleh karena itu dalam kegiatan webinar bertema “Menjadi Juara di Mata HRD” kali ini UPA PKK menghadirkan pembicara utama Founder DArasa, HR Consulting & Career Counselor, Ayu Resky Oktavianti. Peserta webinar juga mendapatkan tambahan pengalaman dari Duta Lingkungan Indonesia 2021, Nuris Fatahillah yang merupakan alumni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember. Jalannya webinar dipandu secara apik oleh Habibie dari QuBisa.

Pernyataan Kepala UPA PKK Universitas Jember didukung penuh oleh Ayu Resky Oktavianti. Menurut Ayu, dari pengalamannya, seorang HRD melihat CV pelamar kerja han

ya 6 detik saja. Kedua, 50 persen CV tidak dilihat karena lebih dari 2 halaman. Selama ini HRD akan lebih melihat kemampuan softskill pelamar yang meliputi ketrampilan komunikasi (skill communication), interpersonal skill seperti bagaimana berperilaku, kepemimpinan (leadership), Attention to details hingga learning agility, sedangkan hard skill menjadi urusan user.

Paparan narasumber (Ayu Resky Oktavianti, S.Psi., M.Si

“Bahkan 40 persen kandidat gagal hanya gara-gara tak pernah tersenyum saat diwawancarai. Oleh karena itu pelamar harus mencari tahu metode interview, background interviewer, mempelajari pertanyaan-pertanyaan interview, belajar role play interview, hingga memahami kemampuan dan kelemahan diri sendiri,” jelas Ayu. Dirinya lantas berpesan agar dapat menjadi juara di mata HRD, pelamar sebisa mungkin dapat menilai diri sendiri belum dinilai oleh orang lain.

Selanjutnya Founder DArasa, HR Consulting & Career Counselor ini menganjurkan mahasiswa agar terus mengasah kemampuan softskill selama belajar di kampus. Misal dengan ikut berbagai kepanitiaan, termasuk ikut berbagai organisasi, karena dengan berorganisasi menjadi terlatih untuk menyelesaikan konflik dengan teman, serta dapat membagi waktunya antara belajar untuk mendapatkan IPK tinggi namun masih tetap aktif di berbagai kegiatan kampus.

Pentingnya terus mengasah kemampuan soft skill ini sudah dibuktikan oleh Duta Lingkungan Indonesia, Nuris Fatahillah. Pria yang tengah melanjutkan kuliah S3 ini, saat kuliah di Kampus Tegalboto tergolong mahasiswa yang aktif. Tengok saja daftarnya, Nuris aktif di BEM FKIP, UKM Olahraga FKIP, masuk kelas internasional, mengikuti pertukaran pelajar, hingga akhirnya bisa menjadi pengajar selama sebulan penuh dalam program KKPLP internasional di Philipina. Keaktifannya di Himpunan Mahasiswa (HM) PSP Lumba-Lumba membuka kesempatan ikut ajang duta Lingkungan Indonesia 2021.
“Alhamdulillah saya berhasil jadi juara. Dengan menjadi Duta Lingkungan Indonesia, terbuka kesempatan bagi saya menjadi pembicara dalam berbagai webinar dan pertemuan ilmiah bertema lingkungan lebih dari 100 kali. Bahkan bisa bertemu dengan kepala negara dan para menteri dalam kegiatan C20 Indonesia,” tutur penerima beasiswa KIP-K saat kuliah ini.

Sharing bersama alumni (Nuris Fattahillah M., Pd)

Nuris yang bercita-cita jadi dosen di almamaternya ini bersyukur berkuliah di Universitas Jember. Apalagi suasana dan lingkungan yang ada mendukungnya untuk mengembangkan soft skill hingga berprestasi. Termasuk yang diingatnya adalah dorongan dari sang dosen, Prof. Erlia Narulita.

“Saya merasa bangga menjadi alumni Universitas Jember, karena kalau tidak kuliah di Universitas Jember mungkin saya bisa menjadi seperti sekarang. Intinya dimana ada kemauan di situlah ada jalan, yang penting kita mau berusaha,” demikian pungkasnya. (ani)

Skip to content