Meniti Prestasi Sejak Kecil, Mahasiswa UNEJ Ukir Emas dari Dunia Persilatan

Jember, 7 Mei 2025

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswi Universitas Jember (UNEJ) Kampus Lumajang. Kali ini datang dari arena persilatan, lewat torehan emas di ajang Lumajang Championship 2, yang diraih oleh Desty Natalia Kurniawati mahasiswi D3 Keperawatan Kampus Lumajang Fakultas Keperawatan (FKep) UNEJ. Medali emas secara resmi diperolehnya di GOR Wira Bhakti Lumajang pada 27 April 2025.

Sejak kecil sudah mencintai dunia silat, kini Desty membuktikan bahwa prestasi non-akademik mampu menjadi pijakan kuat untuk mengharumkan nama diri, keluarga, dan institusi pendidikan. Cinta terhadap silat tumbuh sejak duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Namun, tekad meniti prestasi baru benar-benar muncul saat ia mulai mengikuti kejuaraan pertamanya di kelas 5, yakni pada ajang Hawa Murni Indonesia Open IV-2015 di GOR Karadenan, Cibinong.

“Dulu saya tidak pernah terbayang bahwa prestasi tidak hanya pada bidang akademik melainkan kita bisa cetak pada bidang non akademik, setelah mulai terbuka pikiran saya terkait prestasi tidak hanya dari bidang akademik, disitu lah niat saya muncul bahwa bakat saya disini,” ujarnya.

Perjalanan tidak selalu mulus. Kekhawatiran dari keluarga, terutama orang tua sempat menjadi tantangan tersendiri. Risiko cedera dalam pertandingan menjadi alasan utama. Namun tekadnya tak tergoyahkan.

“Bagi saya, setiap langkah yang kita ambil pasti ada konsekuensi yang harus diterima, maka dari itu terkadang saya perlu membujuk kedua orang tua untuk menyetujui langkah saya sampai saat ini,” tuturnya.

Desty Natalia Kurniawati, mahasiswi D3 Keperawatan Kampus Lumajang Fakultas Keperawatan (FKep) UNEJ, Juara 1 Kejuaraan Pencak Silat Lumajang Championsip 2 – 2025

Saat menempuh pendidikan di UNEJ, semangatnya tidak padam. Bersama dua rekan pesilat lain yang mewakili kampus, yaitu M. Lukman Hakim dan Anggun Maharani yang berhasil meraih medali perunggu pada ajang yang sama, ia berlatih secara konsisten, menjaga stamina dan teknik agar siap menghadapi lawan yang tidak diketahui gaya bertandingnya. Salah satu kekuatan terbesarnya adalah dukungan dari keluarga, khususnya kakak ketiga yang membantu kebutuhan peralatan, serta dukungan moral dari teman dekat yang selalu ada.

Uniknya, sebelum turun ke arena, ia selalu menjalani ritual sederhana. Berdoa dan mengonsumsi sebuah resep yang ia yakini mampu membantu mengatur pernapasan dan menjaga kebugaran tubuh selama bertanding, seperti campuran madu, telur ayam kampung, dan susu beruang.

Sebagai mahasiswa, ia paham pentingnya menjaga keseimbangan antara akademik dan dunia silat. “Cara saya menjaga keseimbangan antara latihan, sekolah dan kehidupan pribadi dengan membagi waktu. Pada saat saya kuliah, saya fokus untuk sepenuhnya belajar. Pada saat free sore dan malam saya fokuskan untuk latihan baik itu berat dan ringan, untuk kehidupan menurut saya ketika sudah mendekati ajang perlombaan saya tidak mengajurkan diri untuk berpergian jauh karna berdampak kepada tubuh yang nantinya akan mudah lelah. Maka dari itu selama mendekati perlombaan, kehidupan yang saya lakukan hanya kehidupan yang manjadi kebutuhan pada umumnya seperti makan dan istirahat yang dilakukan di kost,” jelasnya.

Kini, setelah mengukir prestasi nasional, harapan besarnya adalah menularkan ilmu yang telah ia dapat kepada generasi muda, khususnya di Bogor, tempat ia dibesarkan. Ia ingin menjadi inspirasi dan membuktikan bahwa lewat kerja keras dan keberanian menantang batas, siapa pun bisa meraih prestasi gemilang. “Jika ada kesempatan dan waktu yang tepat, saya pasti akan ikut bertanding lagi,” tutupnya. (dil/elz)