Keteladanan, Kunci Keberhasilan Pendidikan Karakter

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 15 Oktober 2019

Keteladanan menjadi kunci keberhasilan pendidikan karakter, termasuk pendidikan karakter di dunia perguruan tinggi. Pasalnya, keteladanan lebih dipercaya akan mampu memberikan contoh nyata kepada anak didik dibandingkan sekedar himbauan saja. Kesimpulan ini disampaikan oleh M. Lufias Andry Agasi dan Ainun Rhofiq, dua mahasiswa Universitas Jember yang baru saja mendapatkan juara III dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional yang digelar oleh Universitas Negeri Malang, 14-15 September 2019 lalu. Keduanya membuat karya tulis ilmiah berjudul Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Moral Religius Dalam Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi.

Saat ditemui di Kampus Tegalboto (14/10), Lufias yang mahasiswa Fakultas Teknik ini menjelaskan ide penulisan karya tulis ilmiah mereka. “Semuanya berawal dari diskusi ringan dengan kawan satu kost saya, Ainun dari Fakultas Ilmu Budaya. Kami tertarik ikut dalam LKTIN yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang. Lantas muncul ide bagaimana agar pendidikan karakter itu bisa masuk ke benak mahasiswa. Akhrinya kami pun melakukan serangkaian penelitian kecil hingga terwujud dalam sebuah karya tulis ilmiah,” ujar Lufias. Walaupun baru pertama kali mengikuti lomba karya tulis ilmiah, tak membuat keduanya keder bersaing.

“Kami menawarkan empat strategi agar pendidikan karakter di perguruan tinggi bisa berhasil, pertama dengan pendekatan keteladanan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan penamaman moral dan pendekatan komprehensif. Empat pendekatan tersebut kami pilih mengingat obyek pendidikan karakternya adalah mahasiswa yang adalah warga dewasa,” ungkap Ainun. Sebelum menuliskan ide ilmiahnya, mereka berdua mengadakan riset dengan cara mengedarkan kuesioner kepada mahasiswa terkait tanggapan akan pendidikan karakter.

Pendekatan keteladanan diupayakan dengan cara para dosen memberikan contoh baik, atau menggunakan figur eksternal yang merupakan tokoh-tokoh berpengaruh yang mempunyai reputasi baik. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dimana dalam perkuliahan-perkuliahan pendidikan karakter seperti mata kuliah agama, Pancasila, Kewiraan dan lainnya diselipkan kasus masalah yang ada di kondisi nyata. Diteruskan dengan pendekatan penanaman dan penguatan nilai-nilai moral. “Misalnya mahasiswa kemudian diajak berdiskusi bagaimana mencari solusinya, misalnya kasus-kasus terbaru terkait kerusuhan yang terjadi di Indonesia, harapannya ada pemahaman yang baik,” kata Lufias yang asal Bangil, Pasuruan ini.

Salah satu rekomendasi yang bisa diaplikasikan adalah dengan kesepakatan bersama antara dosen dengan mahasiswa terkait proses belajar mengajar. “Di awal pembelajaran, dosen dan mahasiswa bisa membuat kesepakatan yang wajib ditaati bersama. Contoh kecil ini bisa menjadi sumber keteladanan dalam internalisasi pendidikan karakter di perguruan tinggi,” ujar Ainun. Dalam babak final yang diikuti oleh 8 tim dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, keduanya sukses mempertahankan argumentasinya. “Kebetulan dari delapan tim yang masuk di babak final, ada 6 tim yang menulis mengenai teknologi informasi dan komunikasi, sementara hanya 2 tim yang menulis mengenai masalah sosial, termasuk kami yang dapat juara ketiga,” imbuh Lufias.

Keberhasilan di LKTIN di Universitas Negeri Malang rupanya menambah semangat  keduanya  untuk lebih rajin berkarya. Buktinya mereka tengah bersiap untuk mengikuti ajang lomba karya tulis ilmiah selanjutnya. “Kebetulan ada kegiatan National Paper Competition 2019 di Universitas Brawijaya, tema besarnya masih mengenai pendidikan. Untuk abstrak sudah kami kirimkan semoga juga berhasil,” pungkas Ainun menimpali. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content