Teladani Jasa Pejuang, Undang Keluarga Perintis, Pendiri dan Pengembang Universitas Jember

Jember, 11 November 2020
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) punya cara tersendiri dalam memeriahkan Dies Natalis Universitas Jember ke yang ke 56. Melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Karakter dan Ideologi Kebangsaan, mengundang perwakilan keluarga para mantan rektor dan mantan rektor dalam acara bertajuk “Sarasehan Lintas Generasi : Meneladani Para Pejuang Untuk Memajukan Universitas Jember. Acara digelar secara daring dan luring terbatas di aula lantai 3 gedung Rektorat (11/11). Menurut Ketua LP3M, Prof. Bambang Soedjanarko, kegiatan ini bertujuan memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada generasi penerus Universitas Jember terutama para mahasiswa, agar mengetahui sejarah pendirian Universitas Jember, terutama jasa para perintis, pendiri dan pengembang yang juga adalah pahlawan pendidikan.


“Universitas Jember saat ini dengan segala prestasinya dibangun melalui perjuangan dan pengorbanan dari para pendahulu kita, oleh karena itu sudah sepantasnya jika generasi penerus meneladani jasa para pendahulu dengan cara meneruskan semangat membangun pendidikan sesuai tugas masing-masing. Kegiatan ini juga digelar dalam rangka peringatan Hari Pahlawan,” tutur Prof. Bambang Soedjanarko. Istimewanya, dalam kesempatan sarasehan ini turut diluncurkan buku biografi R. Soedjarwo, Bupati Jember tahun 1961-1964 yang banyak berkontribusi dalam pendirian Universitas Jember.

Dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna, menegaskan bahwa sebagai generasi penerus maka sudah seharusnya jika tidak melupakan jasa para pendahulu, sambil kemudian mengutip judul pidato Presiden Soekarno. “Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Semua pemimpin Universitas Jember memiliki jasa, maka kita wajib menghormati tanpa reserve. Oleh karena itu apresiasi bagi LP3M yang berhasil menghadirkan keluarga para rektor dan mantan rektor yang saya harapkan memberikan pencerahan bagi kami, generasi penerusnya,” tegas Iwan Taruna.
Banyak cerita menarik terlontar dalam sarasehan kali ini, salah satunya dari Soehardjo Widodo, putra Bupati R. Soedjarwo. Menurutnya sang ayahanda memang punya kepedulian terhadap pembangunan SDM di Jember, oleh karena itu total mendukung ide Triumvirat dr. R. Achmad, R. Th. Soengedi dan R. Soerachman untuk mendirikan perguruan tinggi di Jember kala itu. Kisah perjuangan R. Soedjarwo turut mendirikan membangun Universitas Jember dan Jember dituangkan dalam buku berjudul “R. Soedjarwo, Tokoh Pendiri Universitas Jember, Bupati Botol Kosong dan Pejuang Kemerdekaan”.

“Pak Djarwo kemudian mendirikan Yayasan Pendidikan Kabupaten Djember di tahun 1957 yang membantu pendirian Universitas Tawang Alun sebagai cikal bakal Universitas Jember. Pemerintah kabupaten Jember lantas membangunkan gedung untuk Universitas Tawang Alun dan turut mendanai melalui pengumpulan botol kosong, kertas koran hingga kelapa dari masyarakat. Bahkan Bapak sudah merencanakan kampusnya di daerah Tegalboto yang semasa itu masih daerah sepi. Nah untuk menuju ke Tegalboto, lantas Bapak membangun jembatan dari jalan Moch. Sroedji ke jalan Mastrip yang hingga kini dikenal sebagai jembatan Djarwo oleh warga Jember,” begitu kisah Soehardjo Widodo.


Kisah mengenai perjuangan pendiri Universitas Jember juga diutarakan oleh Amaril Iswardhani, putri dr. R. Achmad, rektor pertama Universitas Jember, Lolok Sri Rahmiati, putri dari R. Soerachman. Dan Riska Soengedi putri ragil dari R. Th. Soengedi. Ketiganya mengenang orang tuanya sebagai tokoh-tokoh pendidikan yang ingin membangun SDM Jember agar mampu membangun kotanya. Orang-orang yang rela berkorban agar anak-anak muda Jember mengenyam dunia pendidikan tinggi.
Kenangan akan para rektor Universitas Jember lantas disampaikan oleh Rahayu Suntari putri dari Letkol. Soedi Harjo Hoedojo (Rektor periode 1967-1969), Arinanto Hapsoro putra dari Letkol. Soetardjo (Rektor periode 1969-1978) dan dan Bambang Priadi, putra Kol. Drs. Warsito (Rektor periode 1978-1986). Seperti yang disampaikan oleh Arinanto Hapsoro terkait pemberian nama ayahandanya sebagai nama gedung di Kampus Tegalboto. “Cerita dari Ibu, Bapak lah yang merintis pembangunan Kampus Tegalboto sehingga Universitas Jember memiliki kampus terpadu dari sebelumnya yang terpisah di beberapa lokasi. Atas jasanya ini kemudian salah satu gedung di kampus dinamakan Gedung Soetardjo,” ungkap pria yang akrab disapa Ayik ini.
Memasuki dekade akhir tahun delapan puluhan pimpinan Universitas Jember dipegang oleh sivitas akademikanya sendiri, mulai dari Prof. Simahadi Widyaprakosa, Prof. Kabul Santoso, T. Soetikto hingga Moch. Hasan. Kisah perjuangan membangun Universitas Jember dengan kesederhanaan dan kejujuran mucul dari cerita Widyono Hadi, putra Prof. Simanhadi Widyaprakosa. “Dulu Bapak datang ke Jember tanpa tahu sama sekali Jember itu seperti apa, pada awalnya tinggal di Losmen Widodo yang disediakan oleh Pak Djarwo dengan gaji saat itu yang masih minim. Bapak berprinsip bekerja yang baik dan jujur, becik ketitik olo ketoro,” ujar Widyono Hadi mengenang ayahandanya yang asli Yogyakarta.


Kisah serupa disampaikan oleh Amanda Pasca Rini, putri kedua Prof. Kabul Santoso yang berbicara secara daring dari Surabaya. Dalam kenangannya, Prof. Kabul Santoso orang yang total bekerja untuk Universitas Jember sehingga lembaga yang dicintainya berkembang pesat. “Lebih banyak di kantor daripada di rumah, saya mengetahui kiprahnya justru dari orang-orang terdekat beliau, sebab Papa tidak pernah membicarakan pekerjaan di rumah. Salah satu yang dilakukannya mengembangkan kerjasama dengan banyak pihak agar Universitas Jember makin berkembang,” kata Amanda Pasca Rini.


Pengalaman dalam memimpin Universitas Jember ditutup dengan cerita mantan rektor periode 20012-2020, Moch. Hasan. Dosen FMIPA asal Kepanjen, Malang, ini bersyukur para pendahulunya telah meletakkan fondasi yang kuat dan visioner sehingga Universitas Jember dapat berkembang pesat seperti saat ini. “Universitas Jember memiliki banyak potensi, dan salah satu kunci untuk memaksimalkan potensi tersebut adalah dengan bersatu,” pesan Moch. Hasan. Selain mengadakan kegiatan sarasehan yang diikuti oleh 800 mahasiswa secara daring, LP3M juga telah melaksanakan ziarah ke makam para perintis, pendiri dan pengembang Universitas Jember yang sudah tiada. (iim)

Skip to content