[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 23 Oktober 2018
Para peneliti Universitas Jember menjajaki kerjasama penelitian jejak karbon (carbon footprint) bersama peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB). Rintisan kerjasama ini dimulai dengan kegiatan sharing session antara Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MSi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB), yang juga peneliti jejak karbon, dengan para peneliti lintas disiplin di Universitas Jember di gedung Pascasarjana hari Senin sore (22/10). Kegiatan sharing session bertema Inequality Carbon Footprint In Indonesia ini difasilitasi oleh Program Studi Pascasarjana Universitas Jember bersama Kelompok Riset SDGs. Selain dihadiri para peneliti di Kampus Tegalboto, kegiatan diskusi juga menggunakan fasilitas video conference sehingga bisa diikuti oleh peneliti dari perguruan tinggi, dan lembaga lainnya.
Menurut Nunung Nuryartono, penelitian jejak karbon yang dilakukannya mengukur jumlah karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di Indonesia, khususnya oleh kalangan rumah tangga. “Seperti diketahui, makin banyak karbondioksida yang dihasilkan oleh sebuah negara, maka makin besar kontribusinya bagi kerusakan alam. Padahal ada asumsi makin maju sebuah negara maka makin makin sedikit karbondioksida yang dihasilkan karena kebijakan ekonomi yang dijalankan sudah mempertimbangkan kelestarian alam, masyarakatnya pun sudah sadar lingkungan. Apalagi saat ini ada tuntutan kebijakan ekonomi sebuah negara wajib memperhatikan aspek lingkungan, sehingga kajian-kajian kebijakan ekonomi yang berwawasan lingkungan pun makin berkembang. Buktinya peraih nobel ekonomi tahun 2018 diraih oleh William Nordhaus dan Paul Romer yang dikenal sebagai pakar ekonomi berwawasan lingkungan. Sayangnya belum banyak peneliti di Indonesia yang mau menekuni penelitian jejak karbon,” jelas Nunung Nuryartono.
Dosen asal Semarang ini lantas memaparkan data karbondioksida yang dihasilkan oleh Indonesia diantara negara-negara di dunia. Menurut data yang ada, posisi Indonesia sebagai penghasil karbondioksida di dunia sempat naik turun. Di tahun 2010 menduduki peringkat ke 12, namun di tahun 2012 naik ke posisi ke 5, dan kemudian turun kembali ke posisi 12 di tahun 2015. “Dalam penelitian yang kami lakukan, penurunan karbondioksida yang dihasilkan oleh Indonesia di tahun 2015 ternyata dipengaruhi oleh kebijakan pencabutan subsidi BBM yang dilakukan oleh pemerintah, kampanye sadar hemat energi, dan makin membaiknya transportasi umum. Nah, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi yang bakal dijalankan,” imbuh Nunung Nuryantoro yang mengajak peneliti Kampus Tegalboto untuk turut serta dalam penelitian jejak karbon.
Ajakan Dekan FEM IPB mendapatkan sambutan positif, antara lain dari Hari Sulistyowati, dosen Program Studi Biologi FMIPA yang turut hadir. “Saya tertarik dengan penelitian jejak karbon ini, pasalnya kami di Universitas Jember juga sudah melaksanakan program mitigasi bencana berbasis lahan yang salah satu kegiatannya adalah menghitung berapa karbon yang diserap oleh tanaman yang telah kita tanam di lahan rehabilitasi di Taman Nasional Meru Betiri. Jadi penelitian jejak karbon yang dilakukan Pak Nunung yang lebih ke ranah sosial ekonomi dapat saling melengkapi dengan penelitian kami. Saya tertarik untuk berkolaborasi lebih lanjut,” tutur pakar valuasi lingkungan ini.
Ketertarikan untuk mengadakan kolaborasi penelitian juga dilontarkan oleh Fahir Hasan, dosen Program Studi Teknik Likungan Fakultas Teknik. “Saya tertarik dengan hasil penelitian yang menyebutkan bidang pertanian dan industri pertanian juga menjadi penyumbang karbondioksida di Indonesia. Data tadi dapat kami gunakan untuk mencari solusi bagaimana pertanian dan industri pertanian yang ramah lingkungan. Kebetulan kami di Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Jember memiliki fokus pada permasalahan lingkungan di wilayah pertanian, agroindustri, pertambangan, dan pariwisata,” ungkap Fahir Hasan.
Sebelumnya, dalam sambutannya, Prof. Rudi Wibowo selaku Direktur Pascasarjana Universitas Jember menjelaskan, kegiatan sharing session digelar untuk memfasilitasi, mempertemukan dan meluaskan jejaring antara peneliti, dan mahasiswa Pascasarjana di Universitas Jember, dengan para koleganya dari perguruan tinggi lain. Harapannya akan muncul kolaborasi riset, bahkan beragam riset lanjutan yang bakal meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian, serta publikasi ilmiah di Universitas Jember. “Riset mengenai jejak karbon ini dapat membuka kerjasama penelitian yang lebih luas, mengingat sifatnya multidisiplin, dan terbukti mendapatkan sambutan positif,” pungkas guru besar ekonomi pertanian ini. Selain kegiatan sharing session, kedatangan Dekan FEM IPB juga memberikan kuliah umum bagi mahasiswa Pascasarjana, dan bertemu para anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Komisariat Daerah Jember. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]