Peneliti Universitas Jember Temukan Pupuk Hayati Sekaligus Pengendali Nematoda Pertama di Indonesia

Jember, 17 Oktober 2022
Peneliti Universitas Jember yang dipimpin Dr. Iis Nur Asyiah berhasil menemukan pupuk hayati sekaligus pengendali nematoda pertama di Indonesia. Pupuk yang diberi nama BRE-4 ini selain berhasil mengendalikan nematoda parasit pada tanaman, ternyata sukses menyuburkan tanaman, bahkan meningkatkan produktivitas tanaman. Keberhasilan ini nampak pada saat panen padi hasil pemupukan menggunakan BRE-4 yang dilakukan di sawah yang menjadi demplot penelitian di Kalurahan Ringinharjo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul (16/10).

Di persawahan seluas 1000 meter persegi yang telah disemprot BRE-4, padi menguning siap panen, sementara padi di sawah di sebelahnya belum siap panen. Padahal padi yang disemprot BRE-4 ditanam seminggu sesudahnya, artinya padi yang disemprot BRE-4 bisa dipanen lebih awal dari padi tanpa perlakuan. Dari observasi yang dilakukan oleh tim peneliti, butiran padi atau malai padi dari tanaman padi yang disemprot BRE-4 lebih banyak, rata-rata terdapat 27 bulir padi dibandingkan padi tanpa perlakuan yang hanya memiliki 12 hingga 15 bulir padi. Dan yang terpenting, nematoda parasit yang berada di akar padi 90 persen hilang.

Menurut ketua tim peneliti, Iis Nur Aisyah, BRE-4 dikembangkannya mulai tahun 2010. Awalnya dikembangkan untuk mengendalikan nematoda yaitu salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang menyerang berbagai tanaman budidaya. Jika nematoda telah menyerang tanaman maka biasanya muncul butiran mirip jerawat di akarnya. Tanaman yang diserang nematoda produktivitasnya akan menurun dan lama kelamaan akan mati. Nematoda menyerang tanaman padi, tanaman hortikultura seperti tomat dan sayur hingga tanaman perkebunan seperti kopi.

“Kami melakukan eksplorasi rhizobakteri dan bakteri endofit yang memiliki kemampuan mengendalikan nematoda parasit pada tanaman. Dari penelitian tersebut diperoleh beberapa isolat bakteri yang empat diantaranya berpotensi mengatasi nematoda karena memiliki keunggulan dari yang lainnya. Keempat isolat bakteri tersebut kemudian teridentifikasi sebagai Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Oleh karena itu komposisi yang kami racik dinamakan BRE-4, dari kata Bakteri Rhizo dan Endofit. Dan karena jumlahnya ada empat maka kami tambahkan angka 4,” jelas Iis Nur Aisyah.

Dari kiri ke kanan, Ketua LP2M, Rektor UNEJ, Dr Iis Nur Aisyah, Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III UNEJ memanen padi yang menggunakan BRE-4 di Kalurahan Ringinharjo, Kapanewon bantul Kabupaten Bantul DIY

Dosen di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP ini bersama tim yang beranggotakan Dr. Sugeng Winarso, Lenny Widjayanthi, Ph.D., bersama A. Pandu Pradana, MSi., dari Fakultas Pertanian lantas mencobakan BRE-4 kepada tanaman hortikultura seperti sawi putih, tomat hingga cabai, sementara untuk tanaman perkebunan dicoba di kopi arabika dan robusta. Ternyata BRE-4 berhasil mengatasi nematoda parasit di beberapa tanaman budi daya tadi. Bahkan pemakaian BRE-4 sudah direkomendasikan oleh Puslit Kopi dan Kakao yang juga menjadi mitra penelitian bersama CV. Tiga Kreasi Bersama. Untuk diketahui pemilik CV. Tiga Kreasi Bersama adalah alumnus Universitas Jember. Dalam perjalanannya, BRE-4 ternyata tidak hanya mengatasi serangan nematoda parasit pada tanaman, tetapi juga memperbaiki kondisi tanah sehingga meningkatkan produktivitas tanaman.

Seperti yang diungkapkan oleh Bandiyono, petani Kalurahan Ringinharjo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul. Bandiyono menggunakan BRE-4 untuk tanaman padinya di lahan seluas 1000 meter persegi. Setelah lahan dibajak, Bandi, begitu panggilan akrabnya menyemprotkan 10 liter BRE-4. Setelah didiamkan selama dua hari, baru lah bibit padi ditanam. Sisa pupuk cair BRE-4 disemprotkan lagi sebanyak dua kali pada saat padi mencapai usia dua minggu dan empat minggu usia tanam.

“Alhamdulillah, butir-butir di akar padi akibat serangan nematoda 90 persen hilang. Bahkan jumlah bulir padi ditiap batangnya lebih banyak, mencapai rata-rata 27 bulir. Usia panen padi yang biasanya mencapai 90 hari kini makin pendek sebab sudah bisa panen di usia 80 hari. Pemakaian pupuk cair BRE-4 juga membuat petani hemat pupuk kimia seperti pupuk urea hingga lima puluh persen. Bahkan sekali pemakaian pupuk BRE-4 bisa bertahan hingga dua kali masa tanam padi lagi,” ungkap Bandi yang dari panen hari itu mendapatkan 8 kwintal padi, 50 kilogram lebih banyak dari panen tanpa penggunaan BRE-4.

Testimoni bandiyono, petani yang menggunakan BRE-4

Pupuk hayati sekaligus pengendali nematoda BRE-4 sudah lolos uji mutu dari Kementerian Pertanian RI dan kini tengah menunggu ijin edar dan uji efikasi yang menurut rencana akan keluar pada bulan November 2022. Penelitian dan pengembangan BRE-4 juga didukung banyak pihak, terbukti dari dukungan dana dari Program Riset Inovatif Produktif (RISPRO) LPDP Kemenkeu RI. Luasan penelitian juga berkembang ke beberapa lokasi seperti riset penggunaan BRE-4 pada tanaman hortikultura di kota Batu. Penggunaan BRE-4 pada tanaman cabai di Jember dan Trakan, kopi di Bondowoso serta bawang merah di pulau Madura. Kesemuanya untuk memastikan BRE-4 efektif dan efisien untuk beragam tanaman.

Keberhasilan BRE-4 disambut gembira banyak pihak, seperti yang disampaikan oleh Lurah Ringinharjo, Sulistyo. Menurutnya, pupuk cair BRE-4 dapat menjadi alternatif mengatasi kelangkaan pupuk yang diderita oleh petani di wilayahnya. Pujian juga datang dari Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) dan Rektor Universitas Jember yang turut menghadiri kegiatan panen di Bantul. Ketua LP2M Prof. Yuli Witono berharap keberhasilan Iis Nur Aisyah dan kawan-kawan akan memacu dosen lainnya untuk terus meneliti dan berinovasi yang hasilnya dapat dirasakan masyarakat luas.

Pupuk cair hayati BRE-4. Perhatikan di latar belajang padi yang menggunakan BRE-4 telah siap panen, sementara di sebelahnya padi yang tidak menggunakan BRE-4

Dukungan juga datang dari Rektor, menurutnya Universitas Jember mendorong lebih banyak lagi penelitian melalui pembentukan kelompok riset dan hibah penelitian yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti. Hasil penelitian kemudian dihilirisasi agar dapat dirasakan manfaatnya oleh lembaga, peneliti dan terlebih lagi bagi masyarakat luas. “Salut untuk Bu Iis dan kawan-kawan, semoga akan diikuti para kolega lainnya. Inovasi Bu Iis dan kawan-kawan ini menjadi hadiah untuk Dies Natalis ke 58 Universitas Jember,” tutur Iwan Taruna. (iim)

Skip to content