Pancasila Sebagai Landasan Statis Sekaligus Tuntunan Dinamis Bangsa Indonesia

Jember, 10 Juli 2023
Direktur Sosialisasi dan Komunikasi, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Agus Moh. Najib menyebutkan, sebagai negara yang dikaruniai kondisi beragam budaya, agama, bahasa dan adat istiadat maka Indonesia butuh pengikat yang kokoh untuk mempersatukan segenap elemen bangsa. Namun di saat yang bersamaan Indonesia juga memerlukan tuntunan yang cocok guna mengarungi perjalanan bangsa ke depan. Dan jawaban itu ada pada Pancasila, sebab hakikatnya Pancasila adalah landasan statis sekaligus tuntunan dinamis bagi bangsa Indonesia.

Pernyataan ini disampaikan oleh Prof. Agus Moh. Najib kala menjadi pemateri utama dalam seminar bertajuk “Gotong Royong Membangun Kepemimpinan Bangsa yang Berkarakter Pancasila” yang digelar oleh Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) Universitas Jember di aula lantai 5 Gedung Soedjarwo (10/7). Seminar ini dilaksanakan dalam rangka kegiatan Semarak Bulan Pancasila Universitas Jember tahun 2023.

Ketua Senat Universitas Jember, Andang Subaharianto (kaos putih) memaparkan materi

“Indonesia dihadapkan pada kondisi harus mengikat banyak suku bangsa, bahasa, dan agama. Sehingga diperlukan suatu dasar negara yang dapat meletakkan segenap elemen bangsa di atas meja statis atau landasan yang statis dan sekaligus dapat memberi tuntunan yang dinamis bagi perjalanannya ke depan. Dasar negara yang mengikat dan menopang kebesaran, keluasan, dan kemajemukan Indonesia tersebut adalah Pancasila. Lima dasar Pancasila diimplementasikan secara bersamaan tanpa adanya pertentangan satu sama lain, nah sekarang tugas kita harus menjaganya,” jelas Prof. Agus Moh. Najib.

Pendapat senada diutarakan oleh pemateri kedua, Ketua Senat Universitas Jember, Andang Subaharianto. “Pancasila memiliki posisi sebagai paradigma untuk membaca realitas, karena sesungguhnya kita berhadapan dengan realitas yang sama. Turunan dari paradigma adalah kebijakan-kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Sumber dari segala sumber hukum negara yang melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, serta menjaga ketertiban dunia,” ucap Andang Subaharianto.

Direktur Sosialisasi dan Komunikasi, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Agus Moh. Najib (tengah) menyampaikan materi

Sementara itu adanya korelasi antara Pancasila dengan agama diungkapkan oleh jelaskan KH. Mushoddiq Fikri Farouq. Menurutnya tak ada ajaran Pancasila yang bertentangan dengan agama, dalam hal ini agama Islam. “Bung Karno mengatakan salah satu pedoman dasar bangsa kita adalah Believe in God yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Believe itu adalah iman. Tidak ada yg boleh memisahkan nasionalisme dan religiusitas karena ini adalah satu kesatuan dan merupakan berkah bagi bangsa Indonesia,” ungkap pengasuh Pondok Pesantern Riyadhus Sholihin Jember ini.


Sebelumnya seminar dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Jember. Menurutnya topik yang diusung dalam seminar kebangsaan ini sesuai dengan visi dan misi Kemdikbudristek yang ingin membentuk penerus bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, global, bernalar kritis, dan kreatif. Tampak hadir mengikuti seminar diantaranya para wakil rektor, dekan dan pejabat lainnya di lingkungan Universitas Jember.

“tantangan kita hari ini tidak hanya harus fokus pada bagaimana Pancasila diimplementasikan, namun juga bagaimana implementasi tersebut memberikan rasa nyaman terhadap kehidupan kita. Sehingga Pancasila dapat bertahan, terpatri dalam diri sampai akhir hayat. Apalagi generasi muda tidak boleh kehilangan orientasi implementasi nilai-nilai Pancasila karena Pancasila digali dari jati diri bangsa Indonesia,” tutur Iwan Taruna saat menyampaikan pidato membuka acara seminar. (dil)

Skip to content