65 Persen DAS Bedadung Dalam Kondisi Kritis, PSDAP Universitas Jember Tanam 3000 Pohon di Sucopangepok

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 23 Desember 2019

Menurut data yang dihimpun dari penelitian dengan metode Geographic Information System (GIS) yang dilakukan oleh Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian (PSDAP) Program Pascasarjana Universitas Jember, 65 persen Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung dalam kondisi kritis akibat erosi berat. Salah satu penyebab erosi adalah penebangan hutan dan alih guna lahan yang masif terutama di daerah hulu DAS Bedadung. Jika kondisi ini dibiarkan, maka bencana seperti banjir, erosi, sedimentasi dan longsor bakal lebih sering terjadi di Jember, terutama di daerah hilir. Untuk mengatasi kondisi ini, mahasiswa Program Studi PSDAP Universitas Jember menanam 3000 bibit pohon di tiga dusun di Desa Sucopangepok, Jelbuk, Jember (23/12).

Menurut Fauzan Mas’udy, ketua panitia kegiatan, pemilihan Desa Sucopangepok sebagai lokasi penanaman pohon mengingat Desa Sucopangepok termasuk dalam hulu DAS Bedadung dengan kondisi kemiringan lahan yang mencapai 40 persen. “Kami sengaja memilih Desa Sucopangepok karena menjadi salah satu lokasi hulu DAS Bedadung yang menyuplai air melalui sungai Bedadung ke berbagai daerah pertanian di Jember. Harusnya hulu DAS yang kemiringannya mencapai 40 persen wajib ditetapkan sebagai daerah konservasi agar pasokan air terjaga, serta meminimalkan longsor dan erosi. Kegiatan kali ini juga sekaligus memperingati Hari Tanam Pohon Sedunia,” jelas Fauzan yang mahasiswa PSDAP Universitas Jember angkatan tahun 2017 ini.

Untuk menyukseskan kegiatan tanam pohon, Program Studi PSDAP menggandeng perangkat desa, petani dan tokoh masyarakat Desa Sucopangepok untuk menanam 3000 bibit tanaman buah dan kayu keras di lahan seluas lima hektar di tiga dusun, Krajan, Lengkong dan Gujuran. Bibit tanaman ini adalah bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bibit pohon yang ditanam diantaranya pohon durian, jambu, sirsak, matoa, klengkeng dan lainnya. “Sebelum melakukan penanaman bibit pohon, kami memberikan pelatihan teknik penanaman pohon di lahan DAS bagi petani yang disampaikan oleh Eko Gatot dari Forum DAS Sampean, dan materi mengenai konservasi DAS oleh dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember, Marga Mandala. Hadir pula Ketua Program Studi PSDAP, Luh Putu Suciati yang memberikan pemahaman akan pentingnya menjaga kelestarian DAS,” imbuh Fauzan.

Pentingnya memberikan pemahaman kepada warga agar menjaga kelestarian DAS di Desa Sucopangepok didukung penuh oleh Kepala Desanya, Abdurahman. Menurutnya lahan DAS di desanya berubah karena petani memilih untuk menanam pohon sengon yang lebih cepat dipanen. “Banyak warga di sini yang memilih menanam kayu sengon sebab dalam jangka waktu empat tahun sudah bisa dipanen, tapi akibatnya lahan DAS jadi gundul saat sengon dipanen. Akibatnya beberapa kali desa kami dilanda banjir kala musim hujan. Oleh karena itu kami sangat berterima kasih dengan adanya bantuan bibit pohon dan pelatihan dari Universitas Jember bagi warga kami. Semoga DAS di Desa Sucopangepok bisa tetap lestari,” ujar Abdurahman.

Untuk diketahui, Desa Sucopangepok adalah salah satu hulu DAS Bedadung selain daerah Arjasa, Kemuning, Klungkung, Rembangan dan Bacem di Jember. Mengingat pentingnya posisi Desa Sucopangepok, maka mahasiswa PSDAP Universitas Jember secara berkala memberikan pembinaan bagi petani setempat. “Bentuk pembinaan diantaranya pelatihan bagaimana menjaga DAS, diskusi dan termasuk yang dilakukan hari ini yakni membagikan bibit tanaman buah dan kayu keras. Sengaja kami berikan bibit tanaman buah dengan harapan saat panen nanti maka hasilnya bisa dinikmati para petani tanpa harus menebang pohonnya. Penanaman 3000 bibit pohon juga akan kami kawal, nanti pada bulan Februari tahun depan akan kami lakukan monitoring dan evaluasi,” kata Wawan Sujarwo, Ketua Himpinan Mahasiswa PSDAP yang hari itu membawa 30 orang anggotanya. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content